senja dibalik jendela


 
Senja mulai merayap masuk melalui celah jendela kamar Rani. Cahayanya yang keemasan menerangi wajah Rani yang sedang termenung di depan meja belajarnya. Buku-buku pelajaran berserakan, namun pikirannya melayang jauh. Ia merasa minder dengan penampilannya.
 
"Rani, ayo makan malam," suara lembut Ibunya membuyarkan lamunannya.
 
Rani hanya menjawab dengan gumaman pelan. Ia tidak bersemangat untuk keluar kamar.
 
"Kamu kenapa, Nak? Ada masalah di sekolah?" tanya Ibunya khawatir.
 
Rani menggeleng. Ia tidak ingin menceritakan perasaannya pada siapapun.
 
Keesokan harinya, Dina datang menjemput Rani untuk pergi ke kafe baru di pusat kota. Rani menolak, namun Dina memaksa. Sesampainya di kafe, Rani merasa tidak nyaman. Ia merasa semua mata tertuju padanya.
 
"Kamu kenapa sih, Ran? Kok murung gitu?" tanya Dina.
 
Rani akhirnya menceritakan semua yang ia rasakan pada Dina. Dina mendengarkan dengan seksama, lalu tersenyum.
 
"Rani, kamu itu cantik kok. Cantik itu relatif, yang penting itu hatimu. Kamu punya hati yang baik, itu yang membuatmu istimewa," kata Dina sambil menggenggam tangan Rani.
 
Rani terdiam. Ia baru menyadari bahwa selama ini ia terlalu fokus pada kekurangan dirinya.
 
"Lihat sekelilingmu, Ran. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada yang sempurna. Yang penting itu bagaimana kita menerima diri kita apa adanya," lanjut Dina.
 
Kata-kata Dina menyentuh hati Rani. Ia mulai berpikir bahwa mungkin selama ini ia terlalu keras pada dirinya sendiri.
 
Ending:
 
Senja itu, Rani dan Dina pulang dengan hati yang lebih ringan. Rani mulai belajar untuk menerima dirinya apa adanya. Ia menyadari bahwa kecantikan sejati bukan hanya dari penampilan luar, tapi juga dari hati yang baik dan kepribadian yang menarik. Ia mulai membuka diri pada lingkungan sosial dan menjalin pertemanan dengan orang-orang yang menyayanginya apa adanya. Rani akhirnya menemukan kebahagiaan dalam dirinya sendiri.

Komentar